Jumat, 15 Oktober 2010
Mengapa TITANIC tenggelam??
Kisah tenggelamnya kapal Titanic sangat legendaris. Berbagai novel telah menceritakan kisah memilukan tersebut bahkan telah difilmkan. Ada pula yang dengan suara mendayu-dayu menceritakan kisah kasihnya dalam lagu sebagai sound track film laris tersebut. Tapi, apakah sebenarnya penyebab Titanic tenggelam?
Hampir semua orang tahu bahwa tenggelamnya kapal Titanic adalah karena menabrak gunung Es dalam perjalanan menuju kutub utara. Bagi sebagian orang yang sangat taat beragama, mereka punya pendapat bahwa tenggelamnya kapal tersebut karena hukuman Tuhan yang disebabkan lupanya orang di atas kapal pada kekuasaan Tuhan. Sang Kapten Kapal dengan pongahnya menyatakan bahwa kapal mewah dan besar tersebut tak akan pernah tenggelam di lautan, karena teknologi yang diterapkan benar-benar paling canggih saat itu. Perjalanan kapal mewah tersebut memang melewati wilayah yang sangat eksotik.Banyak orang menyatakan wilayah tersebut sebagai the last frontier.
Keyakinan sang Kapten atas kemampuan kapal tersebut mungkin sangat berlebihan, dan dia tak menyadari sebelum akhirnya kapal tersebut menabrak gunung es yang tak mampu dilewatinya. Gunung es yang tampak dari atas kecil, sebenarnya di bawahnya tersimpan gunung juga dalam bentuk yang hampir sama namun dalam ukuran yang jauh lebih besar. Diperkirakan gunung es yang sering ditemui dan dihindari oleh kapal-kapal besar berukuran seberat 3.000.000.000 Ton. Bayangkan ....Kita menabrak truk yang seberat satu ton saja sudah kelenger, nah kalau 3 juta ton apa nggak klengernya jadi 3 juta kali..?
Seorang fotografer berhasil memotret gunung es ini. Saya tak tahu apakah dia kenalan pak Mimbar atau apakah pak Mimbar juga pernah memotret hal seperti ini. Yang jelas, seorang manajer perusahaan minyak lepas pantai di GlobalSantaFe Corporation St. John's Newfoundland , Kanada, sering harus mengalihkan gunung es ini agar menjauh dari Rig nya, caranya...dengan menarik menggunakan kapal. Penarikan biasa dilakukan bila saat itu cuaca membantu, laut tenang dan matahari bersinar cerah, sehingga gunung es tersebut tak menabrak Rig .
Fakta yang kemudian terungkap, ternyata sang fotografer, Ralph Clevenger mengakui bahwa foto tersebut tersebut ternyata adalah gabungan dari 4 gambar terpisah, yaitu langit, background, puncak gunung es yang diambil di kutub utara, dan es bawah laut yang di ambil di Alaska yang sebenarnya gambar puncak gunung es yang dibalik pada saat membuat komposisi akhir. Gambar gunung es ini didesain untuk memberikan ilustrasi "what you see is not necessarily what you get". Sehingga sebagai fotografer bawah air yang benar-benar tahu betapa besarnya gunung es tersebut dia ingin membagi pandangan. Dalam kenyataan tak mungkin mengambil gambar tersebut karena pandangan bawah air sangat terbatas. Saat ini dia bekerja sebagai pengajar di Brooks Institute, Santa Barbara, California. Karya-karyanya banyak dimuat di Majalah National Geographic.
Selasa, 12 Oktober 2010
CANTIK
Akhwat adalah istilah populer –saat ini- untuk menyebut komunitas muslimah berjilbab lebar, berbaju longgar. Walau berasal dari bahasa Arab, tapi menjadi familiar dikalangan penggiat dakwah. Akhwat, bermakna saudara perempuan (plural). Lawan kata dari Ikhwan. Tingginya aktivitas dan luasnya skala dakwah menjadikan akhwat mudah dikenal dengan mobilitasnya. Tentunya dengan baju khasnya, gampang diidentifikasi. Terutama di kampus-kampus yang merupakan lembah persemaian para intelektual muda. Identik juga dengan cap kesholehannya.
Siapa pula yang tidak ingin cantik? Beribu produk kecantikan lahir, ribuan alat penghias diproduksi untuk memanjakan wanita demi “rasa” cantik. Tak hanya didamba para wanita tapi kecantikan juga dipuja pria. Maka lahirlah milyaran puisi, jutaan syair, puluhan ribu lirik lagu melukiskannya. Betapa banyak ksatria rela mati demi kecantikan sang gadis. Kegagahan panglima takluk dalam kelembutan wanita, yang menurutnya cantik.
Akhwat cantik? Menjadi menarik, karena merupakan kombinasi antara kecantikan ragawi dan keindahan ukhrowi. Jika Anda seorang Akhwat, pasti merasa tersipu bahagia jika dikatakan cantik. Cantik menjadi dambaan. Tak ketinggalan pemutih kulit menjadi kosemetik paling populer di kalangan wanita (jika asumsi mainsteamnya, putih itu cantik). Jika Anda seorang ikhwan tentu memimpikan gadis cantik dan sholehah. Kombinasi yang wah. Keujung duniapun dikejar. Virus H2C (harap-harap cinta) bisa menggurita. Terbukti dari data penelitian sebuah Partai Dakwah, di Jakarta mayoritas (hampir 70%) ikhwan memilih menikahi akhwat karena tampilan luar. Para orangtua pun menjadi pihak yang paling repot jika anak gadisnya yang cantik menjadi incaran para pemuda. Maka bayangkanlah Anda menjadi orang tua seorang Akhwat yang cantik. Belum selesai kuliah sudah banyak yang melamar. Malah baru semester II sudah dipesan. Berharap bisa dipersunting orang kaya? Wajar. Cantik sih..
Seorang temen berujar, “Temen Akhwatnya cantik-cantik ya..,” really? Ah.. tetapi cantik itu relatif tiap bagi orang. Abstrak dan subyektif. Yang jelas kecantikan seperti pisau bermata dua. Disatu sisi menyejukan disisi lain melenakan dan menyesatkan. Betapa banyak wanita cantik tapi hatinya busuk, padahal kita kadung mengaguminya. Adalah sangat tidak adil ketika kita berteman, memilah yang cantik dan ganteng saja. Malah teman sejati dan sehati kita malah kebanyakan yang biasa-biasa saja. Tapi kita merasa tenteram. Justru yang cantik malah terlihat angkuh. Kita merasa nyaman bersahabat bukan karena mukanya toh! Saling mengerti dan menyayangi tidak dibangun dari warna kulit. Tapi dibangun dengan hati. Banyak Artis cantik diceraikan oleh suaminya. Tau kenapa? Karena rasa cantik itu telah sirna! Ternyata cantik itu adalah rasa, bukan benda. Kecantikan juga membuat sebagian orang besar kepala. Bisa menundukkan orang lain. Sombong dan berbangga diri. Hingga lupa bahwa dia cuma seonggok daging yang melapisi tulang.
Cantik adalah ujian (fitnah), bukan anugerah seperti yang diploklamirkan orang banyak. Sebagaimana buruk rupa juga ujian. Dan sebagaimana BBS (biasa-biasa saja/ alias cantik engga..jelek juga engga…) juga ujian. Bukankah bagi Allah yang paling mulia adalah yang paling taqwa? Kecantikan hakiki itu dalam diri kita (inside) bukan luar tubuh kita (outside). Mengapa harus risau? Jawabannya, karena mata kita “tukang tipu”. Menyesatkan. Seorang bijak mengatakan “jika ingin matamu tidak tertipu kemilau dunia, jadilah seorang buta”. Maka dalam hal ini, beruntunglah orang-orang yang buta. ^_^Padahal, yang fisik itu sangat dekaden, sangat bergantung pada ukuran waktu; tidak abadi. Kemanusiaannya itu yang abadi, dan ini, yang mestinya menjadi alasan mendasar relasi antara anak manusia , atau antara laki-laki dan perempuan. Akhwat cantik, so what..
dari FB nya Dedi Aryadi Al-Jazairi
Langganan:
Postingan (Atom)