Kamis, 18 Agustus 2011

Selamat Jalan Bunda


27 Mei 2011 adalah tanggal dimana bunda pergi meninggalkan aku. Kepergian bunda membuatku sangat terpukul dan belumbisa mempercayainya. Bunda meninggal karena penyakit Tumor Paru2 yang baru aku ketahui 2 minggu sebelum kepergian bunda. Ketika itu aku dan tante cida merasa curiga, karena sudah beberapa bulan perawatan tapi penyakit binda belum juga sembuh dan tidak ada penjelasan yang jelas dari dokter yang menangani bunda. Akhirnya inisiatif dari tante cida bertanya ke dokter praktik lain dengan bekal hasil rontgen dan surat2 pemeriksaan dokter rumah sakit. walaupun kena marah2 dari dokter karena memang melanggar etika kedokteran (tidak boleh seoarang dokter menangani pasien jika sudah ditangani pasien lain) akhirnya dokter praktik pun memberitahukan bahwa ibu terkena tumor paru-paru yang mengarah ke kanker. Betul2 berita yang membuatku sangat terpukul. Aku tidak menyangka penyakit itu bisa menimpa ibu.

Akhirnya tepat pukul 10.45 Bunda menghembuskan nafas terakhirnya. Dan yang lebih mrnyedihkan lagi karena aku tidak ada disamping bunda saat beliau pergi, karena disuruh Bapak untuk menjemput keluarga yang rencananya akan menjenguk bunda dirumah. Setelah kembali ke rumah tangisan Bapak, Adik, Nenek, dan tanteku pecah. Pada saat itu, aku hanya berdiri mematung dan menatap bunda yang terbaring kaku karena belum percaya dengan apa yang sedang terjadi, sekitar beberapa menit aku berdiri mematung melihat semua orang menangis di samping bunda yang sedang terbaring. Akupun menghampiri bunda dan memeperhatikan dengan jelas kondisi bunda, dan ternyata memang bunda telah meninggalkan aku. Hal yang paling aku takutkan selama ini nyatanya terjadi, bunda pergi dan tidak mungkin kembali lagi, aku hanya bisa menangisi kepergian bunda.

Akhirnya teapat pukul 9 malam rombongan kami yang membawa jenazah bunda berangkat ke enrekang tempat kelahiran bunda, karena memang sebelumnya sudah berpesan jika terjadi apa-apa beliau mau dibawa ke enrekang. Kami pun tiba tepat adzan subuh berkumandang. dan pukul 9 pagi bunda dikebumikan dipekuburan kampung tidak jauh dari rumah nenek.

Akupun merasa sejak kepergian bunda itu kehidupanku nyaris berubah, tidak adalagi yang sering bertanya kepadaku "BAGAIMANA KABAR NAK" "SUDAH MAKAN??" "LAUK APA HARI INI??"! Hidup rasanya tidak berwarna tanpa bunda, apalagi dibulan ramadhan begini, ga ada yang nelfon bangunin sahur, bertanya sahurnya pake apa dan sebagainya. Akupun juga merasa tidak mau lagi pulang ke kampung di sinjai, tempat aku menghabiskan masa kecil bersama bunda. Karena disana aku tidak bisa menghilangkan ingatan tentang bunda. Rasanya lebih enak tinggal di makassar cari kegiatan yang bisa membuatku melupakan sejenak kesedihanku. Tapi aku sadar masih ada bapak disana yang menungguku pulang, dan aku juga tidak boleh selamanya seperti ini. Aku harus mengejar cita2ku sesuai dengan pesan terakhir dari Bunda. Selamat jalan bunda, doaku selalu menyertaimu. I LOVE AND I MISS U SO MUCH.