Kamis, 18 Agustus 2011

Selamat Jalan Bunda


27 Mei 2011 adalah tanggal dimana bunda pergi meninggalkan aku. Kepergian bunda membuatku sangat terpukul dan belumbisa mempercayainya. Bunda meninggal karena penyakit Tumor Paru2 yang baru aku ketahui 2 minggu sebelum kepergian bunda. Ketika itu aku dan tante cida merasa curiga, karena sudah beberapa bulan perawatan tapi penyakit binda belum juga sembuh dan tidak ada penjelasan yang jelas dari dokter yang menangani bunda. Akhirnya inisiatif dari tante cida bertanya ke dokter praktik lain dengan bekal hasil rontgen dan surat2 pemeriksaan dokter rumah sakit. walaupun kena marah2 dari dokter karena memang melanggar etika kedokteran (tidak boleh seoarang dokter menangani pasien jika sudah ditangani pasien lain) akhirnya dokter praktik pun memberitahukan bahwa ibu terkena tumor paru-paru yang mengarah ke kanker. Betul2 berita yang membuatku sangat terpukul. Aku tidak menyangka penyakit itu bisa menimpa ibu.

Akhirnya tepat pukul 10.45 Bunda menghembuskan nafas terakhirnya. Dan yang lebih mrnyedihkan lagi karena aku tidak ada disamping bunda saat beliau pergi, karena disuruh Bapak untuk menjemput keluarga yang rencananya akan menjenguk bunda dirumah. Setelah kembali ke rumah tangisan Bapak, Adik, Nenek, dan tanteku pecah. Pada saat itu, aku hanya berdiri mematung dan menatap bunda yang terbaring kaku karena belum percaya dengan apa yang sedang terjadi, sekitar beberapa menit aku berdiri mematung melihat semua orang menangis di samping bunda yang sedang terbaring. Akupun menghampiri bunda dan memeperhatikan dengan jelas kondisi bunda, dan ternyata memang bunda telah meninggalkan aku. Hal yang paling aku takutkan selama ini nyatanya terjadi, bunda pergi dan tidak mungkin kembali lagi, aku hanya bisa menangisi kepergian bunda.

Akhirnya teapat pukul 9 malam rombongan kami yang membawa jenazah bunda berangkat ke enrekang tempat kelahiran bunda, karena memang sebelumnya sudah berpesan jika terjadi apa-apa beliau mau dibawa ke enrekang. Kami pun tiba tepat adzan subuh berkumandang. dan pukul 9 pagi bunda dikebumikan dipekuburan kampung tidak jauh dari rumah nenek.

Akupun merasa sejak kepergian bunda itu kehidupanku nyaris berubah, tidak adalagi yang sering bertanya kepadaku "BAGAIMANA KABAR NAK" "SUDAH MAKAN??" "LAUK APA HARI INI??"! Hidup rasanya tidak berwarna tanpa bunda, apalagi dibulan ramadhan begini, ga ada yang nelfon bangunin sahur, bertanya sahurnya pake apa dan sebagainya. Akupun juga merasa tidak mau lagi pulang ke kampung di sinjai, tempat aku menghabiskan masa kecil bersama bunda. Karena disana aku tidak bisa menghilangkan ingatan tentang bunda. Rasanya lebih enak tinggal di makassar cari kegiatan yang bisa membuatku melupakan sejenak kesedihanku. Tapi aku sadar masih ada bapak disana yang menungguku pulang, dan aku juga tidak boleh selamanya seperti ini. Aku harus mengejar cita2ku sesuai dengan pesan terakhir dari Bunda. Selamat jalan bunda, doaku selalu menyertaimu. I LOVE AND I MISS U SO MUCH.

Jumat, 22 April 2011

Berbagai Masalah Penulis Pemula dan Solusinya

"naaah ini juga nih tulisanku yang maw di terbitkan jadi buku tapi nda jadi-jadi,, hehhehe, begitu memang penulis pemula kayak saya hahahah"

Menulis merupakan suatu kegiatan yang menurut saya adalah yang membuat seseorang menganut paham “panas-panas tai ayam” agak jorok memang tapi memang begitulah kenyataannya, apalagi bagi seorang penulis pemula. Mereka ketika ikut suatu seminar atau bertemu dengan seseorang yang memberikan motivasi untuk menulis, rasa ingin menulisnya itu menggebu-gebu, bahkan bisa dikatakan si penulis itu punya semangat juang 45, tapi itu pas dia berada di ruangan seminar itu, setelah beberapa jam atau setelah sampai di rumah rasa ingin menulisnya itu hilang seketika bak titanic menabrak gunung es di atlantik tenggelam bersama penumpangnya. Hal inilah yang membuat saya masih bertanya-tanya faktor apakah yang membuat seorang penulis pemula itu kehilangan semangat menulisnya, tapi berdasarkan pengalaman saya yang memang masih seorang penulis pemula, ada beberapa faktor yang membuat motivasi dalam diri saya itu hilang seketika padahal ide saya untuk menulis sudah minta untuk dipindahakn ke secarik kertas tapi sya masih saja malas untuk memulai membuat suatu tulisan.
Berikut saya akan jelaskan kendala-kendala yang saya temui ketika ingin memulai untuk menulis. Suatu ketika saya punya ide untuk menulis sebuah cerpen, kemudian sayapun segera membuka laptop untuk menuliskan ide saya itu, tetapi baru beberapa kalimat yang saya buat, tiba-tiba saya merasa malas untuk melanjutkannya, bukan karena kehabisan ide tapi karena saya beranggapan “ ntar aja deh dilanjutkan toh masih banyak waktu” kemudian saya pun mengotak-atik isi laptop baik itu nonton film ataupun main game di laptop, alhasil ide yang semula menumpuk malah hilang seketika, akhirnya tulisan yang saya buat terbengkalai. Maka sebaiknya tanamkan dalam diri atau tulis di dinding kamar dengan tulisan besar “jangan menunda-nunda pekerjaan, maka kamu akan selamat” sehingga setiap tergoda untuk menunda suatu pekerjaan bisa teringat kembali janji yang telah disepakati.
Selain karena menunda-nunda waktu, seperti yang saya katakan di atas, masalah yang saya temui juga seperti, suatu ketika ide tiba-tiba muncul di kepala saya, tapi tidak segera menuangkannya kedalam bentuk tulisan, hanya membiarkannya begitu saja karena saya beranggapan kalau saya menulis itu Cuma maunya dilaptop atau computer karena bisa membuat tulisan sambil dengar musik atau ada hiburan lain yang membuat ide saya semakin berkembang, tapi setibanya di depan computer semua ide itu hilang karena terlalu lamanya saya simpan di salam otak yang mempunyai kapasitas terbatas, karena saya tipe orang yang bisa mengingat sesuatu dengan membuka catatan. Dari pengalaman ini, bisa saya ambil pelajaran kalau kemana-mana itu harus bawa catatan kecil biar setiap ide itu muncul saya bisa mencatatnya di catatan kecil itu, jadi setiba di rumah bisa di buka kembali dan bisa mengingat kembali ide yang muncul tadi walaupun sebenarnya saya sudah lupa dengan ide yang muncul tadi.
Nah, satu lagi hal yang menjdi masalah penulis pemula yaitu, sulit untuk menentukan kalimat awal ataupun ending dari sebuah tulisan, padahal ide dikepala ingin segera dituangkan, hal ini memang menjadi kendala sebagian besar penulis, maka sebaiknya menulis saja apa yang ada dikepala jangan beranggapan kalau kalimat awalnya atau endingnya itu jelas yang penting menulis saja jangan hiraukan kesalahan kita dulu, nah setelah tulisan yang kita buat selesai, baru di baca ulang dan dikoreksi apa yang kurang atau minta pendapat ke orang lain yang dipercaya dan berpengalaman. Intinya tulislah apa yang ada dikepala.
Menulis juga sebaiknya punya target, seperti dalam seminggu atau bahkan sehari harus membuat satu judul tulisan, dan memberika sanksi apabila tidak dikerjakan misalnya apabila target yang ingin dicapai tidak memenuhi, maka berikan sanksi kepada diri sendiri seperti mentraktir teman atau merelakan sebagian uang saku disumbangkan ke kotak amal. Mungkin hal itu bisa memberikan motivasi bagi kita untuk selalu menulis dan tidak berhenti untuk membuat suatu tulisan.
Perbanyak juga referensi, seperti membaca dan rajin melihat keadaan sekitar agar ide kita berkembang tidak menjurus kedalam satu permasalahan saja. Karena menulis tanpa membaca sama halnya dengan nol (m-m)=0. Selain itu jangan malu untuk memperlihatkan hasil karya tulisan ke orang lain, karena orang tidak akan tahu kalau kita ternyata punya bakat, siapa tahu orang itu bisa memotivasi kita untuk terus berkarya. Sekian!

MY BEST FRIEND FROM PALESTINE

"naaah ini nih cerpenku yang Alhamdulillah bisa lolos jadi buku ANTOLOGI KUPU_KUPU PALESTINA, klo jelek jangan di hina yeee, masih pemula soalnya hehe so let's cekidot"

Perkenalanku dengan internet mengantarku untuk bisa menjelajahi dunia tanpa sempat untuk merabanya. Aku bisa berkenalan dengan orang-orang di segala penjuru dunia tanpa sempat bertatap muka dengan mereka. Tak terkecuali dengan perkenalanku dengan dengan Ahmed, seorang pemuda 18 tahun dari daerah konflik Palestina. Ketika aku sedang mencari tugas kuliahku, sembari membuka facebook, karena kurang lengkap rasanya online tanpa membuka facebook. Muncullah permintaan pertemanan dengan nama Ahmed Salem, langsung saja ku confirm. Kurang lebih lima menit kemudian ada obrolan masuk dan ternyata Ahmad Salem menyapaku.
“Hai, who there??” sapanya.
“Hai, I’m Fandi. You??” balasku
“I’m Ahmed Salem, you can call me Ahmed”
“Nice to meet you Ahmed, where do you come from??”
Ahmed kemudian menjelaskan bahwa dia berasal dari Palestina, negara yang sekarang berada dalam konflik yang tak kunjung usai, dia juga bercerita tentang bagaimana mencekamnya daerah konflik disana, yang memaksanya untuk meninggalkan negara yang sangat dicintainya itu mengungsi ke Yordania negara yang bertetangga dengan Palestina. Kemudian dia bercerita bagaimana tentara Israel menyerbu daerah tempat tinggalnya yang membuat kedua orang tuanya dan 3 orang saudaranya meninggalkannya untuk selamanya.
Perkenalanku dengan Ahmed membuatku lebih tahu mengenai tentang konflik disana dan sejarah mengapa Zionis Israel sampai tega untuk membantai penduduk Palestina tanpa ampun. Dan bagaimana perjuangan rakyat palestina memperjuangkan hak mereka. Aku sungguh terharu mendengar cerita Ahmed, bagaimana pemuda-pemuda Palestina dengan semangat membara melawan tentara Israel dengan hanya menggunakan batu sebagai senjata dan ajaibnya, lemparan tersebut sangat ampuh untuk melumpuhkan tentara Israel.
Kami mempunya beberapa kesamaan yang membuat kami semakin akrab, seperti menyukai makanan yang sama yakni kebab turki, kebetulan juga kami mempunyai tanggal lahir yang sama 1 September, dan masih banyak kesamaan lainnya sehingga membuat kami semakin akrab. Aku juga menceritakan bagaiman perjuanganku untuk membiayai kuliahku sendiri tanpa melibatkan orang tuaku yang seorang pekerja serabutan, dengan menjadi cleaning service disalah satu kantor yang tidak jauh dari kampusku.
***
“I wanna go to Indonesia” katanya suatu hari.
“Realy??” Ucapku dengan rasa yang tak dapat kuungkapkan.
“Yes, maybe next month” Balasnya.
Betapa senangnya hatiku, kami dua sahabat yang terpisahakan oleh luasnya daratan dan samudera akan segera bertemu. Ahmed ingin melanjutkan pendidikannya di Indonesia. Katanya dia ingin belajar dengan tenang tanpa adanya gangguan, seperti suasana yang mencekam, suara tembakan yang tak pernah berhenti, tangisan orang-orang tertindas, dan sebagainya. Dia ingin belajar dengan tenang agar kelak bisa berhasil dan dapat mengabdi kepada bangsa dan negaranya. Dia juga bercerita bahwa dia ingin mengambil jurusan Ilmu Kedokteran agar dia bisa menyelamatkan nyawa para korban kebengisan zionis Israel. Dia tidak ingin kejadian yang menimpa keluarganya terulang kembali. Paman Ahmed yang merupakan satu-satunya keluarga yang dimiliki Ahmed saat itu terkena serpihan bom yang dilontarkan pasukan Israel. Ahmed kemudian membawa pamannya ke rumah sakit, namun sesampainya disana tidak ada seorangpun tenaga medis yang bisa menolongnya karena kurangnya tenaga medis yang tidak mampu menangani ratusan pasien sekaligus. Akhirnya nyawa paman Ahmed tidak dapat ditolong. Semenjak itulah Ahmed bertekad untuk menjadi seorang dokter sehingga kejadian pamannya yang meninggal karena kekurangan tenaga medis tidak terulang lagi.
Seminggu sebelum keberangkatannya, Ahmed memberitahuku bahwa dia ingin kembali ke Palestina. Dia ingin berziarah ke makam orang tuanya sebelum berangkat ke Indonesia. Tapi aku tidak setuju dengan keputusannya itu, karena tentara israel mulai menyerang lagi dan tidak sabar untuk menebar atom-atom nafsunya, merebut tanah palestina. Tapi Ahmed tetap ngotot ingin kembali ke kampung halamannya. Dia ingin memberikan salam perpisahan kepada orang-orang yang dikasihinya dan ingin melihat suasana kampung halamannya sebelum ia berangkat ke negeri orang. Diapun berjanji akan segera berangkat ke Indonesia bila urusannya di Palestina telah selesai. Akupun tidak kuasa melarang sahabatku itu untuk berangkat ke tanah kelahirannya itu, aku tidak peduli, yang kupikirkan sekarang adalah beberapa hari lagi aku akan bertemu dengannya. Toh dia juga sudah berjanji kepadaku. Dan sebentar lagi kami akan tinggal bersama, belajar bersama, bercanda bersama dan banyak lagi agenda-agenda yang akan aku persiapkan selama dia mengemban pendidikannya di Indonesa.
***
Seminggu kemudian Ahmed tiba di Indonesia, aku sangat bersyukur dia bisa selamat dari serangan pasukan Israel. Aku lihat dia tampak bahagia, tak terlihat wajahnya yang menderita bekas kejahatan perang yang dilakukan oleh bangsa Israel. Aku sangat bahagia karena bisa bertemu dengan sahabatku dari palestina ini. Tak dapat kugambarkan bagaimana rasa senang dan gembiranya aku, karena punya saudara seperti Ahmed. Ahmed yang ternyata orangnya periang, pekerja keras tak pernah sekalipun menyakitiku. Sungguh beruntung aku bisa mendapatkan sahabat seperti Ahmed yang bisa diajak ngobrol brsama, bercanda bersama, bahkan tidurpun bersama. Sehingga orang disekitar kami menyangka kami adalah dua orang bersaudara kandung, mereka tidak menyangka kalau kami sebenarnya adalah dua orang sahabat yang dipisahakan oleh luasnya daratan dan samudera yang di pertemukan lewat dunia maya.
Suatu sore ketika kami menonton berita mengenai penyerangan Israel ke Palestina, Ahmed kemudian berbicara kepadaku.
“Fandi Insya Allah, Palestine tomorrow will be free, I’m sure that we just wait a time. Kita tidak akan mendengar lagi suara tembakan dan letusan bom yang dilemparkan tentara Israel, masih ada harapan bagi kami untuk bisa menghirup udara kebebasan suatu saat nanti, kami hanya perlu bersabar untuk menanti waktu itu.” Seraya menatap ke arahku dengan tatapan penuh keyakinan.
“Of course dude, Kami saudaramu di Indonesia dan seluruh warga muslim di dunia akan selalu mendukung kebebasan bagi bangsa kalian, dan doa tidak pernah berhenti keluar dari bibir kami. Insya Allah kebebasan kalian sudah didepan mata. Jangan menyerah kawan.” Kataku dengan nada haru.
“Thanks brother, aku sungguh beruntung bisa mempunyai sahabat sepertimu. Tidak sia-sia aku datang ke Indonesia membawa sebuah harapan untuk bisa menggapai cita-citaku disini, karena bisa mendapatkan dukungan dan doa dari kamu fandi.”
“Sudahlah kawan jangan melebih-lebihkan, aku cukup senang bisa berada di sampingmu untuk tetap mendukung, dan mendoakan untuk keberhasilanmu. Namanya juga Sahabat.”
Ahmed kemudian tersenyum dan mengangguk mendengar kata-kataku akupun ikut tersenyum, sekilas kulihat wajahnya sangat bahagia, tak pernah kulihat wajahnya sebahagia itu. Aku berharap kebahagiannya itu tidak pernah hilang dari wajahnya. Akupun berjanji akan selalu membuatnya tersenyum dan bahagia, aku tidak akan pernah mengecewakan sahabatku ini, Insya Allah.
Lama kami terdiam menatap layar televisi, Ahmed kemudian berkata,
“Fandi, kamu sudah makan??”
“hehe, belum” jawabku nyengir.
“Kalau begitu, bagaimana kalau aku traktir kamu makan Kebab Turki”
“Boleh, ayo kita pergi”
“Jangan, biar aku sendiri saja, kamu tunggu dirumah saja.”
“Apa kamu yakin??” Kataku dengan heran karena tidak biasanya ia mau pergi sendiri, dia juga belum tahu tentang daerah disini karena belum cukup seminggu dia datang dari Palestina.
“Of course, kamu tunggu disini saja, biar aku yang keluar untuk membelinya, aku sudah tahu jalan walaupun belum cukup seminggu aku datang dari Palestina” Katanya dengan penuh keyakinan.
Akhirnya diapun segera berangkat, aku mengantarnya sampai kepintu, kutatap dia sampai menghilang dari penglihatanku, entah mengapa aku merasa rindu kepadanya, padahal baru beberapa menit yang lalu dia pergi. Akupun melanjutkan tontonanku, kulihat bagaimana mobil-mobil perang pasukan Israel tidak henti-hentinya menembakkan pelurunya kearah perkampungan warga Palestina. Begitu pula dengan peawat tempurnya yang melemparkan bom ke perkampungan warga. Sungguh geram aku melihatnya, mereka benar-benar tidak punya hati, tega-teganya mereka membunuh orang yang tidak berdosa. Sungguh nafsu dan keserakahan telah membutakan hati mereka. Terlihat mayat-mayat dari orang-orang yang tidak berdosa bergelimpangan di jalanan. Sekilas salah satu diantaranya sangat aku kenal, mayat pemuda itu mirip Ahmed sahabatku. Tapi mana mungkin itu Ahmed, toh dia ada disini bersamaku, dia baru saja keluar untuk membeli makan. Jadi mana mungkin mayat yang aku lihat itu adalah Ahmed.
Beberapa jam berlalu, Ahmed tak kunjung muncul, kuhubungi ke handphone-nya, tidak aktif. Kupikir mungkin dia tersesat, dan tidak tahu jalan pulang. Akupun segera keluar untuk menyusulnya, namun di depan pintu kulihat sebuah bungkusan dan isinya adalah dua buah kebab turki yang masih hangat. Akupun heran, aku tidak mengerti ada apa sebenarnya dengan Ahmed. Kemanakah dia sebenarnya? Apakah dia memang sudah sampai dirumah membawa kebab itu, tapi pas sampai didepan rumah dia kemudian teringat kalau dia lupa untuk mengambil kembaliannya atau apakah yang sebenarnya terjadi?
Beberapa hari berselang, Ahmed tak kunjung datang, aku sudah lelah menunggu dan mencarinya kemana-mana tapi tak kunjung muncul batang hidungnya. Sempat aku menyerah, tapi aku tetap yakin dia akan datang dan menemuiku segera. Beberapa hari kemudian akupun bermimpi melihat Ahmed dengan wajah yang penuh kebahagiaan dan berkata kepadaku untuk tidak mencarinya lagi, kemudian diapun menghilang. Aku kemudian terbangun dan memikirkan mimpiku barusan. Apakah sebenarnya Ahmed telah pergi untuk selama-lamanya? Apakah mayat mirip ahmed yang kulihat di televisi tempo hari adalah memang benar adalah Ahmed? Lantas siapakah orang yang tinggal bersamaku selama ini yang kupanggil Ahmed? Wallahu alam tapi pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Aku tidak tahu Ahmed kemana tapi aku akan tetap menunggu sampai dia kembali seperti aku menunggu kebahagiaan dan kebebasan yang akan diterima rakyat Palestina kelak.

Jumat, 18 Maret 2011

Tahun Keberuntungan

Tahun ini kayaknya menjadi tahun keberuntunganku,, tanya kenapa??
hehe..
Pertama, cerpen yang saya buat untuk antologi palestina bisa lolos masuk dan di bukukan dgn jdul KUPU-KUPU PALESTINA. Sebuah prestasi membanggakan bagiku. hehe
Kedua, bisa masuk dan kenaldengan orang2 d bidang jurnalis dan bisa ikut2an jadi reporter.. Akhirnya mimpiku sejak dlu untuk menjadi seorang jurnalis sedikt demi sedikit bisa terbuka.

yaah itulah sedikit keberuntunganku di tahun ini semoga bisa nertambah dengan keberuntungan2 lain,, yaah sekedar mengukir prestasilah sebelum ajal menjemput *cepet amat* hehe yaan kan gk taw kapan ajal datang.
walaupun juga banyak yang mencibir tuh hasil karyaku tapi anggap saja Guguk menggonggong Reza berlalu,, hehe, kayak tong tuh orang bisa kayak saya hahaha *Sombong dikit laaah*

yowess lah tunggu aksi saya selanjutnya naahh prestasi apalagi bisa sa buat, tpi bukan berniat sombong tapi maw bagi2 kebahagiaan. hahaha

Minggu, 02 Januari 2011

Campuss Story


Kehidupan kampus itu ada enaknya ada tidaknya, hmmm,,, enaknya pas ngumpul dengan teman-teman kampus ceritakan tentang senior, dosen, dan kejadian yang dialami kemarin, ada yang cerita masalah cintanya sambil termewek-mewek yang membuat kami jadi merasa antara ingin simpati dan ingin kabur dengar masalah cinta yang gak ada habis-habisnya, cerita tentang kejadian dikejar anjing penjaga pas ngapel di rumah gebetan, selain itu ada juga yang cerita tentang pengalamannya diikutin Maho pas lagi jalan sendiri di tengah malam karena gak ada angkot, atau cerita tentang pengalaman di kejar-kejar oleh orang MLM untuk dijadikan salah satu korbannya. Selain itu enaknya jadi anak kampus, pas lagi bokek bisa manfaatkan temen dengan pinjam duit, pura-puranya kejebak utang oleh rentenir sampe-sampe cerita kalau kolor pun bakal disita oleh sang rentenir, padahal duitnya buat modal jalan ke Mall. Tapi kalo gak mau dipinjamkan, akting saja merasa paling merana hidup di dunia fana ini, dan mengingatkan kalau senior sudah mengajarkan kalau kita itu adalah saudara seperjuangan yang harus saling tolong-menolong sambil ngemis dibawah kakinya, atau kalau tidak ampuh pura-puranya saja kita tuh mau bunuh diri lompat dari lantai 4 gedung kampus sampai dia mau kasih pinjam duit bakal makan kita seminggu. Kadang juga pas gak ada dosen rame-rame nonton film di laptop bahkan nonton bokep pun bisa saja rame-rame, pas malam liburan ngumpul di kost temen maen kartu sampe subuh pake hukum-hukuman yang kalah minum aer 2 botol. Atau nongkrong di kampus ngecengin maba-maba cantik. Itulah nikmatnya menjadi seorang mahasiswa.

I Wanna Move *Again???*

Gilaaa„ udah 2 tahun gw kuliah di Naval Architecture, tapi gw masih aja belum bisa untuk cinta sama tuh jurusan. emang sih dari awal pilihan gw sebenernya ilmu komunikasi. Tapi 2 tahun gw coba daftar tapi gw gak lulus-lulus juga. Mungkin udah takdir gw tuh di Naval Architecture. Tapi gw gak bisa coba buat suka sama mata kuliahnya, apalagi yang namanya tugas besar, seperti “Teori bangunan Kapal, Ship design, Konstruksi” atau apalah, gw gak ngerti. Gw lebih tertarik buat belajar Public Communication, ataupun jurnalistik, errrggggh gw bingung, tahun depan musti lanjut lagi apa gak, soalnya kasian juga sama orang tua yang udah ngeluarin duit buat kuliah gw, lagian sayang di umur, sama aja kan kalo gw tiggal kelas 2 tahun. gw gak taw musti gimana, gw pusing. Mau pindah tapi sayang ongkos sama umur. gw gak pindah, gw gk bisa kuliah dengan lancar krna gw gk suka.