Catatan Reza Kahlil
Senin, 18 Februari 2013
Cari Duta Sekolah Lewat Lord and Lady of Zion
LORD AND LADY. Jewel dan Andy, pemenang Lord and Lady foto bersama kepala SMA Zion, Ladowikus Arkadious.
MERAYAKAN hari kasih sayang bukan hanya dengan memberikan hadiah berupa bunga atau cokelat. Membuat suatu kegiatan yang bermanfaat juga bisa dilakukan loh, seperti yang diadakan oleh SMA Zion Makassar. Yaps, sekolah yang berlokasi di Jl Wahidin Sudirohusodo ini menggelar acara Valentine Celebration Related With Lord and Lady of Zion SHS Contest, Jumat, 15 Februari lalu. Bertempat di aula sekolah, acara yang digelar mulai pukul 12.00 hingga 15.30 ini diisi berbagai item menarik diantaranya penampilan band SMA ZION, drama siswa-siswi, dance performance dan Solo Saxophone dr Charles n friends.
Bukan itu saja, yang paling ditunggu-tunggu adalah pemilihan Lord and Lady of Zion. Sebanyak delapan pasang siswa yang berasal dari setiap perwakilan kelas X hingga XII bersaing untuk memperebutkan predikat ini.
"Pemilihan Lord and Lady of Zion ini baru pertamakalinya diselenggarakan. Mereka yang terpilih nanti akan menjadi duta sekolah di setiap kegiatan yang diadakan oleh sekolah," ungkap Nofria Rathi selaku guru pembimbing.
SAXOPHONE. Charles menunjukkan kebolehannya bermain Saxophone.
Nah, dalam pemilihan Lord and Lady Zion ini ada dua kategori yang diperlombakan yakni The Most Favorite Lord and Lady of Zion, dimana mereka dipilih dari hasil voting yang sudah diadakan empat hari sebelum puncak acara diselenggarakan dan Lord and Lady of Zion berdasarkan penilaian juri baik berupa penilaian catwalk, fashion, bakat, dan jawaban dari tiap kontestan saat kontes berlangsung.
Dalam pemilihan ini Jewel Gabriel Ans dari kelas X London dan Arifin Thody dari kelas XI IPA ALPS meraih juara dalam kategori the most favorite, dan Lord and Lady berhasil diraih lagi oleh Jewel Gabriel Ans untuk kategori Lady dan Andy Lo dari kelas X Cairo untuk Lord.
Pemenang Lord and Lady ini mendapatkan kursus IELTS selama empat bulan dari Interlink dan kursus intensif bahasa Inggris secara gratis selama tiga bulan dari Elti Gramedia Losari. Kebahagiaan tidak dapat disembunyikan dari wajah para pemenang ini. Mereka berharap bisa memberikan yang terbaik buat sekolah.(rza/ars)
Dimuat di Harian FAJAR Senin, 18 Februari 2013
Sabtu, 14 April 2012
BAZARRRR!!!!!
Bazar, apa yang muncul dipikiran kita saat mendengar kata yang satu ini. Mungkin ada yang bilang lawannya kecil?? *eh ya itu Besaar bukan Bazaar* atau menganggap sebagai salah salah satu bentuk bisnis baru dikalangan mahasiswa??
Bazar memang menjadi salah satu alternatif pencarian dana yang paling sering dilakukan mahasiswa. Mulai dari pencarian dana untuk kegiatan himpunan, maupun sekedar mencari uang tambahan buat beli smartphone *ongol*.
Teringat ketika saya masih duduk dibangku sekolah dan masih tinggal di kampung saya di daerah. Mendengar kata bazar, perasaan sudah sangat senang sekali. Berasa ada restoran bintang berapa gitu yang mampir dikampung buat cari pelanggan.
Perasaan sudah senang sekali, bahkan jauh-jauh hari sudah persiapkan duit buat datang keacara itu, walaupun makanan yang mahal dan sedikit jumlahnya. Tapi orang dikampung saya senang sekali jika ada yang mau menyelenggarakan bazar. Ibu maupun Bapak saya dulu juga rela menyisihkan sebagian uangnya buat dikasih ke kami anak2nya untuk bisa datang ke bazar itu.
Saya masih ingat ketika itu datang ke acara bazar salah satu organisasi pemuda dikampung. Saya bersama 2 adik dan beberapa teman main, ramai2 buat berkunjung di Bazar itu. Masih jelas diingatan saya, ketika itu saya memesan satu porsi mie kering. Dan harganya sekitar 8 ribu rupiah yang jaman itu bisa terbilang mahal, tapi dengan bangganya saya mau untuk membelinya.
Satu lagi, roti sandwich yang menurut saya gak pantas buat disebut sandwich karena isinya cuma roti tawar yang diberi susu dan gula pasir saja. Dan harganya 4 ribu rupiah. Dan lagi2 saya rela untuk membayarnya.
Nah, sekarang?? Setelah tinggal dan berkuliah dikota, jika melihat sekelompok orang yang menyelenggarakan bazar tiba-tiba saya tersadar, menertawakan kebodohan masa kecil. Kenapa dengan bangga dan relanya mengeluarkan uang begitu banyak untuk membeli makanan yang harganya hampir 50% lebih mahal dari harga asalnya.
Karena mungkin saya sudah tersadar jika bazar bisa adalah neraka yang melahap habis uang yang mahasiswa asal daerah yang tinggal ngekost dianggap sebagai barang yang harus dijaga dengan baik agar bisa selamat dan mencukupi selama kurang lebih sebulan.
Bodoh, tapi yah namanya juga orang kampung. Tapi sekarang jika melihat dikantin kampus sedang ramai2nya sekelompok mahasiswa yang mengadakan bazar kadang sayapun cari-cari alasan untuk tidak TERJEBAK ikut andil jadi pelanggan bazar itu. Kalaupun tertangkap ya udah pilih makanan paling murah. Hahahahah.(rekasya)
Kamis, 26 Januari 2012
Posying tulisan Jadul
Aduh udah lama gak posting tulisan lagi. Kangen yaa kangen yaa. Hahahah. Untuk kali ini aku bakal posting tulisan aku yang ditulis sekitar setahun yang lalu, tanggal dan bulannya udah lupa. Tulisannya tuh tentang curahan Hati aku habis ditelfon bunda (yang saat itu masih ada) tiba-tiba kepikiran pengen nulis. So let's ceck this Out.
CURHAT!!!!!
----> Kemarin aku dapat telephone dari bunda, rasanya senang sekali bisa menghapus rasa rinduku yang telah lama menggerogoti perasaanku. Akupun mnceritakan beberapa kejadian yang telah terjadi di kampus dan yang menimpaku beberapa hari ini. Dimulai dengan kuceritakan pengalamanku ketika ikut di acara IDP dengan ikut test IELTS dan pameran pendidikan Australia, di lanjutkan kejadian yang menimpaku di ramsis yang mendapat surat peringatan karena sudah sebulan lebih menunggak uang sewa kamar dan sebagainya banyak cerita yang kuceritakan ke bunda dengan semangat saking senangnya dapat telephone dari bunda. Kemudian akupun menanyakan kabarnya serta kabar keluarga di kampung, alhamdulillah mereka semua sehat walafiat.
Namun ada satu kabar yang membuatku merasa sangat bersalah dan menyesal. Bunda bercerita kalau beliau telah meminjam uang di Bank sebesar 60juta rupiah, untuk membangun rumah, karena rumah yang selama ini kami tinggali merupakan rumah milik sekolah yang dititipkan kepada kami sekeluarga. Aku merasa sedih mendengar kabar tersebut, bukan karena bisa mengakibatkan kurangnya uang jajanku tetapi karena aku sangat kasihan dengan kedua orang tuaku yang karena ingin membahagiakan anaknya mereka rela melakukan apa saja.
Karena walapun tidak ingin ku akui, aku juga malu puya rumah dengan keadaan seperti itu, apalagi bukan rumah milik pribadi, dimana sebagian atapnya sudah bocor, dan dindingnya yang sudah rapuh, mungkin kalau kena hantaman satu kali sudah bisa roboh. Kadang aku merasa malu ketika teman-temanku datang ke rumah, dan bisa melihat betapa rumah yang kutinggali keadaannya seperti itu. Setelah mendengar kabar itu, akupun merenungkan apa sebaiknya yang harus aku lakukan, sempat berpikir untuk mencari kerja tapi kerjaan apa yang harus aku lakukan biar bisa mendapatkan uang, apakah kerja sambilan jadi pelayan di restaurant, atau jadi sales yang menawarkan produk atau juga jadi tentor di bimbingan belajar atau bahkan ikut MLM. Semuanya menari-nari di kepalaku.
Apa yang harus kulakukan? Aku harus hidup mandiri dan tidak boleh bergantung dengan uang orang tua, sesuai kata kak Furqan seorang trainer dan penulis buku “JANGAN KULIAH KALAU GAK SUKSES” bahwa mahasiswa sukses adalah mahasiswa yang sudah mampu hidup mandiri dan bisa membiayai hidup serta kuliahnya sendiri. Aku sangat terinspirasi dari perkataan kak Furqan itu. Jadi aku bertekad untuk segera mencari pekerjaan apapun, yang penting Halal, Insya Allah. <----
Nah, itu tulisan aku yang aku tulis setahun yang lalu. Hmm, Alhamdulillah sekarang aku udah dapaet kerja sih, kerjaan yang aku mimpikan sejak dulu kala, to be a journalist. Hehehe, tapi yaah sekarang bunda udah gak ada, jadi sekedar bantu-bantu Bapak yang udah jadi single parent bagi aku dan 2 adikku. Yahh, semoga nantinya aku bisa bahagiakan Bapak, dan Adik2 aku, khususnya juga sama Bunda yang ada di Surga. Amiiin
CURHAT!!!!!
----> Kemarin aku dapat telephone dari bunda, rasanya senang sekali bisa menghapus rasa rinduku yang telah lama menggerogoti perasaanku. Akupun mnceritakan beberapa kejadian yang telah terjadi di kampus dan yang menimpaku beberapa hari ini. Dimulai dengan kuceritakan pengalamanku ketika ikut di acara IDP dengan ikut test IELTS dan pameran pendidikan Australia, di lanjutkan kejadian yang menimpaku di ramsis yang mendapat surat peringatan karena sudah sebulan lebih menunggak uang sewa kamar dan sebagainya banyak cerita yang kuceritakan ke bunda dengan semangat saking senangnya dapat telephone dari bunda. Kemudian akupun menanyakan kabarnya serta kabar keluarga di kampung, alhamdulillah mereka semua sehat walafiat.
Namun ada satu kabar yang membuatku merasa sangat bersalah dan menyesal. Bunda bercerita kalau beliau telah meminjam uang di Bank sebesar 60juta rupiah, untuk membangun rumah, karena rumah yang selama ini kami tinggali merupakan rumah milik sekolah yang dititipkan kepada kami sekeluarga. Aku merasa sedih mendengar kabar tersebut, bukan karena bisa mengakibatkan kurangnya uang jajanku tetapi karena aku sangat kasihan dengan kedua orang tuaku yang karena ingin membahagiakan anaknya mereka rela melakukan apa saja.
Karena walapun tidak ingin ku akui, aku juga malu puya rumah dengan keadaan seperti itu, apalagi bukan rumah milik pribadi, dimana sebagian atapnya sudah bocor, dan dindingnya yang sudah rapuh, mungkin kalau kena hantaman satu kali sudah bisa roboh. Kadang aku merasa malu ketika teman-temanku datang ke rumah, dan bisa melihat betapa rumah yang kutinggali keadaannya seperti itu. Setelah mendengar kabar itu, akupun merenungkan apa sebaiknya yang harus aku lakukan, sempat berpikir untuk mencari kerja tapi kerjaan apa yang harus aku lakukan biar bisa mendapatkan uang, apakah kerja sambilan jadi pelayan di restaurant, atau jadi sales yang menawarkan produk atau juga jadi tentor di bimbingan belajar atau bahkan ikut MLM. Semuanya menari-nari di kepalaku.
Apa yang harus kulakukan? Aku harus hidup mandiri dan tidak boleh bergantung dengan uang orang tua, sesuai kata kak Furqan seorang trainer dan penulis buku “JANGAN KULIAH KALAU GAK SUKSES” bahwa mahasiswa sukses adalah mahasiswa yang sudah mampu hidup mandiri dan bisa membiayai hidup serta kuliahnya sendiri. Aku sangat terinspirasi dari perkataan kak Furqan itu. Jadi aku bertekad untuk segera mencari pekerjaan apapun, yang penting Halal, Insya Allah. <----
Nah, itu tulisan aku yang aku tulis setahun yang lalu. Hmm, Alhamdulillah sekarang aku udah dapaet kerja sih, kerjaan yang aku mimpikan sejak dulu kala, to be a journalist. Hehehe, tapi yaah sekarang bunda udah gak ada, jadi sekedar bantu-bantu Bapak yang udah jadi single parent bagi aku dan 2 adikku. Yahh, semoga nantinya aku bisa bahagiakan Bapak, dan Adik2 aku, khususnya juga sama Bunda yang ada di Surga. Amiiin
Kamis, 18 Agustus 2011
Selamat Jalan Bunda
27 Mei 2011 adalah tanggal dimana bunda pergi meninggalkan aku. Kepergian bunda membuatku sangat terpukul dan belumbisa mempercayainya. Bunda meninggal karena penyakit Tumor Paru2 yang baru aku ketahui 2 minggu sebelum kepergian bunda. Ketika itu aku dan tante cida merasa curiga, karena sudah beberapa bulan perawatan tapi penyakit binda belum juga sembuh dan tidak ada penjelasan yang jelas dari dokter yang menangani bunda. Akhirnya inisiatif dari tante cida bertanya ke dokter praktik lain dengan bekal hasil rontgen dan surat2 pemeriksaan dokter rumah sakit. walaupun kena marah2 dari dokter karena memang melanggar etika kedokteran (tidak boleh seoarang dokter menangani pasien jika sudah ditangani pasien lain) akhirnya dokter praktik pun memberitahukan bahwa ibu terkena tumor paru-paru yang mengarah ke kanker. Betul2 berita yang membuatku sangat terpukul. Aku tidak menyangka penyakit itu bisa menimpa ibu.
Akhirnya tepat pukul 10.45 Bunda menghembuskan nafas terakhirnya. Dan yang lebih mrnyedihkan lagi karena aku tidak ada disamping bunda saat beliau pergi, karena disuruh Bapak untuk menjemput keluarga yang rencananya akan menjenguk bunda dirumah. Setelah kembali ke rumah tangisan Bapak, Adik, Nenek, dan tanteku pecah. Pada saat itu, aku hanya berdiri mematung dan menatap bunda yang terbaring kaku karena belum percaya dengan apa yang sedang terjadi, sekitar beberapa menit aku berdiri mematung melihat semua orang menangis di samping bunda yang sedang terbaring. Akupun menghampiri bunda dan memeperhatikan dengan jelas kondisi bunda, dan ternyata memang bunda telah meninggalkan aku. Hal yang paling aku takutkan selama ini nyatanya terjadi, bunda pergi dan tidak mungkin kembali lagi, aku hanya bisa menangisi kepergian bunda.
Akhirnya teapat pukul 9 malam rombongan kami yang membawa jenazah bunda berangkat ke enrekang tempat kelahiran bunda, karena memang sebelumnya sudah berpesan jika terjadi apa-apa beliau mau dibawa ke enrekang. Kami pun tiba tepat adzan subuh berkumandang. dan pukul 9 pagi bunda dikebumikan dipekuburan kampung tidak jauh dari rumah nenek.
Akupun merasa sejak kepergian bunda itu kehidupanku nyaris berubah, tidak adalagi yang sering bertanya kepadaku "BAGAIMANA KABAR NAK" "SUDAH MAKAN??" "LAUK APA HARI INI??"! Hidup rasanya tidak berwarna tanpa bunda, apalagi dibulan ramadhan begini, ga ada yang nelfon bangunin sahur, bertanya sahurnya pake apa dan sebagainya. Akupun juga merasa tidak mau lagi pulang ke kampung di sinjai, tempat aku menghabiskan masa kecil bersama bunda. Karena disana aku tidak bisa menghilangkan ingatan tentang bunda. Rasanya lebih enak tinggal di makassar cari kegiatan yang bisa membuatku melupakan sejenak kesedihanku. Tapi aku sadar masih ada bapak disana yang menungguku pulang, dan aku juga tidak boleh selamanya seperti ini. Aku harus mengejar cita2ku sesuai dengan pesan terakhir dari Bunda. Selamat jalan bunda, doaku selalu menyertaimu. I LOVE AND I MISS U SO MUCH.
Jumat, 22 April 2011
Berbagai Masalah Penulis Pemula dan Solusinya
"naaah ini juga nih tulisanku yang maw di terbitkan jadi buku tapi nda jadi-jadi,, hehhehe, begitu memang penulis pemula kayak saya hahahah"
Menulis merupakan suatu kegiatan yang menurut saya adalah yang membuat seseorang menganut paham “panas-panas tai ayam” agak jorok memang tapi memang begitulah kenyataannya, apalagi bagi seorang penulis pemula. Mereka ketika ikut suatu seminar atau bertemu dengan seseorang yang memberikan motivasi untuk menulis, rasa ingin menulisnya itu menggebu-gebu, bahkan bisa dikatakan si penulis itu punya semangat juang 45, tapi itu pas dia berada di ruangan seminar itu, setelah beberapa jam atau setelah sampai di rumah rasa ingin menulisnya itu hilang seketika bak titanic menabrak gunung es di atlantik tenggelam bersama penumpangnya. Hal inilah yang membuat saya masih bertanya-tanya faktor apakah yang membuat seorang penulis pemula itu kehilangan semangat menulisnya, tapi berdasarkan pengalaman saya yang memang masih seorang penulis pemula, ada beberapa faktor yang membuat motivasi dalam diri saya itu hilang seketika padahal ide saya untuk menulis sudah minta untuk dipindahakn ke secarik kertas tapi sya masih saja malas untuk memulai membuat suatu tulisan.
Berikut saya akan jelaskan kendala-kendala yang saya temui ketika ingin memulai untuk menulis. Suatu ketika saya punya ide untuk menulis sebuah cerpen, kemudian sayapun segera membuka laptop untuk menuliskan ide saya itu, tetapi baru beberapa kalimat yang saya buat, tiba-tiba saya merasa malas untuk melanjutkannya, bukan karena kehabisan ide tapi karena saya beranggapan “ ntar aja deh dilanjutkan toh masih banyak waktu” kemudian saya pun mengotak-atik isi laptop baik itu nonton film ataupun main game di laptop, alhasil ide yang semula menumpuk malah hilang seketika, akhirnya tulisan yang saya buat terbengkalai. Maka sebaiknya tanamkan dalam diri atau tulis di dinding kamar dengan tulisan besar “jangan menunda-nunda pekerjaan, maka kamu akan selamat” sehingga setiap tergoda untuk menunda suatu pekerjaan bisa teringat kembali janji yang telah disepakati.
Selain karena menunda-nunda waktu, seperti yang saya katakan di atas, masalah yang saya temui juga seperti, suatu ketika ide tiba-tiba muncul di kepala saya, tapi tidak segera menuangkannya kedalam bentuk tulisan, hanya membiarkannya begitu saja karena saya beranggapan kalau saya menulis itu Cuma maunya dilaptop atau computer karena bisa membuat tulisan sambil dengar musik atau ada hiburan lain yang membuat ide saya semakin berkembang, tapi setibanya di depan computer semua ide itu hilang karena terlalu lamanya saya simpan di salam otak yang mempunyai kapasitas terbatas, karena saya tipe orang yang bisa mengingat sesuatu dengan membuka catatan. Dari pengalaman ini, bisa saya ambil pelajaran kalau kemana-mana itu harus bawa catatan kecil biar setiap ide itu muncul saya bisa mencatatnya di catatan kecil itu, jadi setiba di rumah bisa di buka kembali dan bisa mengingat kembali ide yang muncul tadi walaupun sebenarnya saya sudah lupa dengan ide yang muncul tadi.
Nah, satu lagi hal yang menjdi masalah penulis pemula yaitu, sulit untuk menentukan kalimat awal ataupun ending dari sebuah tulisan, padahal ide dikepala ingin segera dituangkan, hal ini memang menjadi kendala sebagian besar penulis, maka sebaiknya menulis saja apa yang ada dikepala jangan beranggapan kalau kalimat awalnya atau endingnya itu jelas yang penting menulis saja jangan hiraukan kesalahan kita dulu, nah setelah tulisan yang kita buat selesai, baru di baca ulang dan dikoreksi apa yang kurang atau minta pendapat ke orang lain yang dipercaya dan berpengalaman. Intinya tulislah apa yang ada dikepala.
Menulis juga sebaiknya punya target, seperti dalam seminggu atau bahkan sehari harus membuat satu judul tulisan, dan memberika sanksi apabila tidak dikerjakan misalnya apabila target yang ingin dicapai tidak memenuhi, maka berikan sanksi kepada diri sendiri seperti mentraktir teman atau merelakan sebagian uang saku disumbangkan ke kotak amal. Mungkin hal itu bisa memberikan motivasi bagi kita untuk selalu menulis dan tidak berhenti untuk membuat suatu tulisan.
Perbanyak juga referensi, seperti membaca dan rajin melihat keadaan sekitar agar ide kita berkembang tidak menjurus kedalam satu permasalahan saja. Karena menulis tanpa membaca sama halnya dengan nol (m-m)=0. Selain itu jangan malu untuk memperlihatkan hasil karya tulisan ke orang lain, karena orang tidak akan tahu kalau kita ternyata punya bakat, siapa tahu orang itu bisa memotivasi kita untuk terus berkarya. Sekian!
Menulis merupakan suatu kegiatan yang menurut saya adalah yang membuat seseorang menganut paham “panas-panas tai ayam” agak jorok memang tapi memang begitulah kenyataannya, apalagi bagi seorang penulis pemula. Mereka ketika ikut suatu seminar atau bertemu dengan seseorang yang memberikan motivasi untuk menulis, rasa ingin menulisnya itu menggebu-gebu, bahkan bisa dikatakan si penulis itu punya semangat juang 45, tapi itu pas dia berada di ruangan seminar itu, setelah beberapa jam atau setelah sampai di rumah rasa ingin menulisnya itu hilang seketika bak titanic menabrak gunung es di atlantik tenggelam bersama penumpangnya. Hal inilah yang membuat saya masih bertanya-tanya faktor apakah yang membuat seorang penulis pemula itu kehilangan semangat menulisnya, tapi berdasarkan pengalaman saya yang memang masih seorang penulis pemula, ada beberapa faktor yang membuat motivasi dalam diri saya itu hilang seketika padahal ide saya untuk menulis sudah minta untuk dipindahakn ke secarik kertas tapi sya masih saja malas untuk memulai membuat suatu tulisan.
Berikut saya akan jelaskan kendala-kendala yang saya temui ketika ingin memulai untuk menulis. Suatu ketika saya punya ide untuk menulis sebuah cerpen, kemudian sayapun segera membuka laptop untuk menuliskan ide saya itu, tetapi baru beberapa kalimat yang saya buat, tiba-tiba saya merasa malas untuk melanjutkannya, bukan karena kehabisan ide tapi karena saya beranggapan “ ntar aja deh dilanjutkan toh masih banyak waktu” kemudian saya pun mengotak-atik isi laptop baik itu nonton film ataupun main game di laptop, alhasil ide yang semula menumpuk malah hilang seketika, akhirnya tulisan yang saya buat terbengkalai. Maka sebaiknya tanamkan dalam diri atau tulis di dinding kamar dengan tulisan besar “jangan menunda-nunda pekerjaan, maka kamu akan selamat” sehingga setiap tergoda untuk menunda suatu pekerjaan bisa teringat kembali janji yang telah disepakati.
Selain karena menunda-nunda waktu, seperti yang saya katakan di atas, masalah yang saya temui juga seperti, suatu ketika ide tiba-tiba muncul di kepala saya, tapi tidak segera menuangkannya kedalam bentuk tulisan, hanya membiarkannya begitu saja karena saya beranggapan kalau saya menulis itu Cuma maunya dilaptop atau computer karena bisa membuat tulisan sambil dengar musik atau ada hiburan lain yang membuat ide saya semakin berkembang, tapi setibanya di depan computer semua ide itu hilang karena terlalu lamanya saya simpan di salam otak yang mempunyai kapasitas terbatas, karena saya tipe orang yang bisa mengingat sesuatu dengan membuka catatan. Dari pengalaman ini, bisa saya ambil pelajaran kalau kemana-mana itu harus bawa catatan kecil biar setiap ide itu muncul saya bisa mencatatnya di catatan kecil itu, jadi setiba di rumah bisa di buka kembali dan bisa mengingat kembali ide yang muncul tadi walaupun sebenarnya saya sudah lupa dengan ide yang muncul tadi.
Nah, satu lagi hal yang menjdi masalah penulis pemula yaitu, sulit untuk menentukan kalimat awal ataupun ending dari sebuah tulisan, padahal ide dikepala ingin segera dituangkan, hal ini memang menjadi kendala sebagian besar penulis, maka sebaiknya menulis saja apa yang ada dikepala jangan beranggapan kalau kalimat awalnya atau endingnya itu jelas yang penting menulis saja jangan hiraukan kesalahan kita dulu, nah setelah tulisan yang kita buat selesai, baru di baca ulang dan dikoreksi apa yang kurang atau minta pendapat ke orang lain yang dipercaya dan berpengalaman. Intinya tulislah apa yang ada dikepala.
Menulis juga sebaiknya punya target, seperti dalam seminggu atau bahkan sehari harus membuat satu judul tulisan, dan memberika sanksi apabila tidak dikerjakan misalnya apabila target yang ingin dicapai tidak memenuhi, maka berikan sanksi kepada diri sendiri seperti mentraktir teman atau merelakan sebagian uang saku disumbangkan ke kotak amal. Mungkin hal itu bisa memberikan motivasi bagi kita untuk selalu menulis dan tidak berhenti untuk membuat suatu tulisan.
Perbanyak juga referensi, seperti membaca dan rajin melihat keadaan sekitar agar ide kita berkembang tidak menjurus kedalam satu permasalahan saja. Karena menulis tanpa membaca sama halnya dengan nol (m-m)=0. Selain itu jangan malu untuk memperlihatkan hasil karya tulisan ke orang lain, karena orang tidak akan tahu kalau kita ternyata punya bakat, siapa tahu orang itu bisa memotivasi kita untuk terus berkarya. Sekian!
MY BEST FRIEND FROM PALESTINE
"naaah ini nih cerpenku yang Alhamdulillah bisa lolos jadi buku ANTOLOGI KUPU_KUPU PALESTINA, klo jelek jangan di hina yeee, masih pemula soalnya hehe so let's cekidot"
Perkenalanku dengan internet mengantarku untuk bisa menjelajahi dunia tanpa sempat untuk merabanya. Aku bisa berkenalan dengan orang-orang di segala penjuru dunia tanpa sempat bertatap muka dengan mereka. Tak terkecuali dengan perkenalanku dengan dengan Ahmed, seorang pemuda 18 tahun dari daerah konflik Palestina. Ketika aku sedang mencari tugas kuliahku, sembari membuka facebook, karena kurang lengkap rasanya online tanpa membuka facebook. Muncullah permintaan pertemanan dengan nama Ahmed Salem, langsung saja ku confirm. Kurang lebih lima menit kemudian ada obrolan masuk dan ternyata Ahmad Salem menyapaku.
“Hai, who there??” sapanya.
“Hai, I’m Fandi. You??” balasku
“I’m Ahmed Salem, you can call me Ahmed”
“Nice to meet you Ahmed, where do you come from??”
Ahmed kemudian menjelaskan bahwa dia berasal dari Palestina, negara yang sekarang berada dalam konflik yang tak kunjung usai, dia juga bercerita tentang bagaimana mencekamnya daerah konflik disana, yang memaksanya untuk meninggalkan negara yang sangat dicintainya itu mengungsi ke Yordania negara yang bertetangga dengan Palestina. Kemudian dia bercerita bagaimana tentara Israel menyerbu daerah tempat tinggalnya yang membuat kedua orang tuanya dan 3 orang saudaranya meninggalkannya untuk selamanya.
Perkenalanku dengan Ahmed membuatku lebih tahu mengenai tentang konflik disana dan sejarah mengapa Zionis Israel sampai tega untuk membantai penduduk Palestina tanpa ampun. Dan bagaimana perjuangan rakyat palestina memperjuangkan hak mereka. Aku sungguh terharu mendengar cerita Ahmed, bagaimana pemuda-pemuda Palestina dengan semangat membara melawan tentara Israel dengan hanya menggunakan batu sebagai senjata dan ajaibnya, lemparan tersebut sangat ampuh untuk melumpuhkan tentara Israel.
Kami mempunya beberapa kesamaan yang membuat kami semakin akrab, seperti menyukai makanan yang sama yakni kebab turki, kebetulan juga kami mempunyai tanggal lahir yang sama 1 September, dan masih banyak kesamaan lainnya sehingga membuat kami semakin akrab. Aku juga menceritakan bagaiman perjuanganku untuk membiayai kuliahku sendiri tanpa melibatkan orang tuaku yang seorang pekerja serabutan, dengan menjadi cleaning service disalah satu kantor yang tidak jauh dari kampusku.
***
“I wanna go to Indonesia” katanya suatu hari.
“Realy??” Ucapku dengan rasa yang tak dapat kuungkapkan.
“Yes, maybe next month” Balasnya.
Betapa senangnya hatiku, kami dua sahabat yang terpisahakan oleh luasnya daratan dan samudera akan segera bertemu. Ahmed ingin melanjutkan pendidikannya di Indonesia. Katanya dia ingin belajar dengan tenang tanpa adanya gangguan, seperti suasana yang mencekam, suara tembakan yang tak pernah berhenti, tangisan orang-orang tertindas, dan sebagainya. Dia ingin belajar dengan tenang agar kelak bisa berhasil dan dapat mengabdi kepada bangsa dan negaranya. Dia juga bercerita bahwa dia ingin mengambil jurusan Ilmu Kedokteran agar dia bisa menyelamatkan nyawa para korban kebengisan zionis Israel. Dia tidak ingin kejadian yang menimpa keluarganya terulang kembali. Paman Ahmed yang merupakan satu-satunya keluarga yang dimiliki Ahmed saat itu terkena serpihan bom yang dilontarkan pasukan Israel. Ahmed kemudian membawa pamannya ke rumah sakit, namun sesampainya disana tidak ada seorangpun tenaga medis yang bisa menolongnya karena kurangnya tenaga medis yang tidak mampu menangani ratusan pasien sekaligus. Akhirnya nyawa paman Ahmed tidak dapat ditolong. Semenjak itulah Ahmed bertekad untuk menjadi seorang dokter sehingga kejadian pamannya yang meninggal karena kekurangan tenaga medis tidak terulang lagi.
Seminggu sebelum keberangkatannya, Ahmed memberitahuku bahwa dia ingin kembali ke Palestina. Dia ingin berziarah ke makam orang tuanya sebelum berangkat ke Indonesia. Tapi aku tidak setuju dengan keputusannya itu, karena tentara israel mulai menyerang lagi dan tidak sabar untuk menebar atom-atom nafsunya, merebut tanah palestina. Tapi Ahmed tetap ngotot ingin kembali ke kampung halamannya. Dia ingin memberikan salam perpisahan kepada orang-orang yang dikasihinya dan ingin melihat suasana kampung halamannya sebelum ia berangkat ke negeri orang. Diapun berjanji akan segera berangkat ke Indonesia bila urusannya di Palestina telah selesai. Akupun tidak kuasa melarang sahabatku itu untuk berangkat ke tanah kelahirannya itu, aku tidak peduli, yang kupikirkan sekarang adalah beberapa hari lagi aku akan bertemu dengannya. Toh dia juga sudah berjanji kepadaku. Dan sebentar lagi kami akan tinggal bersama, belajar bersama, bercanda bersama dan banyak lagi agenda-agenda yang akan aku persiapkan selama dia mengemban pendidikannya di Indonesa.
***
Seminggu kemudian Ahmed tiba di Indonesia, aku sangat bersyukur dia bisa selamat dari serangan pasukan Israel. Aku lihat dia tampak bahagia, tak terlihat wajahnya yang menderita bekas kejahatan perang yang dilakukan oleh bangsa Israel. Aku sangat bahagia karena bisa bertemu dengan sahabatku dari palestina ini. Tak dapat kugambarkan bagaimana rasa senang dan gembiranya aku, karena punya saudara seperti Ahmed. Ahmed yang ternyata orangnya periang, pekerja keras tak pernah sekalipun menyakitiku. Sungguh beruntung aku bisa mendapatkan sahabat seperti Ahmed yang bisa diajak ngobrol brsama, bercanda bersama, bahkan tidurpun bersama. Sehingga orang disekitar kami menyangka kami adalah dua orang bersaudara kandung, mereka tidak menyangka kalau kami sebenarnya adalah dua orang sahabat yang dipisahakan oleh luasnya daratan dan samudera yang di pertemukan lewat dunia maya.
Suatu sore ketika kami menonton berita mengenai penyerangan Israel ke Palestina, Ahmed kemudian berbicara kepadaku.
“Fandi Insya Allah, Palestine tomorrow will be free, I’m sure that we just wait a time. Kita tidak akan mendengar lagi suara tembakan dan letusan bom yang dilemparkan tentara Israel, masih ada harapan bagi kami untuk bisa menghirup udara kebebasan suatu saat nanti, kami hanya perlu bersabar untuk menanti waktu itu.” Seraya menatap ke arahku dengan tatapan penuh keyakinan.
“Of course dude, Kami saudaramu di Indonesia dan seluruh warga muslim di dunia akan selalu mendukung kebebasan bagi bangsa kalian, dan doa tidak pernah berhenti keluar dari bibir kami. Insya Allah kebebasan kalian sudah didepan mata. Jangan menyerah kawan.” Kataku dengan nada haru.
“Thanks brother, aku sungguh beruntung bisa mempunyai sahabat sepertimu. Tidak sia-sia aku datang ke Indonesia membawa sebuah harapan untuk bisa menggapai cita-citaku disini, karena bisa mendapatkan dukungan dan doa dari kamu fandi.”
“Sudahlah kawan jangan melebih-lebihkan, aku cukup senang bisa berada di sampingmu untuk tetap mendukung, dan mendoakan untuk keberhasilanmu. Namanya juga Sahabat.”
Ahmed kemudian tersenyum dan mengangguk mendengar kata-kataku akupun ikut tersenyum, sekilas kulihat wajahnya sangat bahagia, tak pernah kulihat wajahnya sebahagia itu. Aku berharap kebahagiannya itu tidak pernah hilang dari wajahnya. Akupun berjanji akan selalu membuatnya tersenyum dan bahagia, aku tidak akan pernah mengecewakan sahabatku ini, Insya Allah.
Lama kami terdiam menatap layar televisi, Ahmed kemudian berkata,
“Fandi, kamu sudah makan??”
“hehe, belum” jawabku nyengir.
“Kalau begitu, bagaimana kalau aku traktir kamu makan Kebab Turki”
“Boleh, ayo kita pergi”
“Jangan, biar aku sendiri saja, kamu tunggu dirumah saja.”
“Apa kamu yakin??” Kataku dengan heran karena tidak biasanya ia mau pergi sendiri, dia juga belum tahu tentang daerah disini karena belum cukup seminggu dia datang dari Palestina.
“Of course, kamu tunggu disini saja, biar aku yang keluar untuk membelinya, aku sudah tahu jalan walaupun belum cukup seminggu aku datang dari Palestina” Katanya dengan penuh keyakinan.
Akhirnya diapun segera berangkat, aku mengantarnya sampai kepintu, kutatap dia sampai menghilang dari penglihatanku, entah mengapa aku merasa rindu kepadanya, padahal baru beberapa menit yang lalu dia pergi. Akupun melanjutkan tontonanku, kulihat bagaimana mobil-mobil perang pasukan Israel tidak henti-hentinya menembakkan pelurunya kearah perkampungan warga Palestina. Begitu pula dengan peawat tempurnya yang melemparkan bom ke perkampungan warga. Sungguh geram aku melihatnya, mereka benar-benar tidak punya hati, tega-teganya mereka membunuh orang yang tidak berdosa. Sungguh nafsu dan keserakahan telah membutakan hati mereka. Terlihat mayat-mayat dari orang-orang yang tidak berdosa bergelimpangan di jalanan. Sekilas salah satu diantaranya sangat aku kenal, mayat pemuda itu mirip Ahmed sahabatku. Tapi mana mungkin itu Ahmed, toh dia ada disini bersamaku, dia baru saja keluar untuk membeli makan. Jadi mana mungkin mayat yang aku lihat itu adalah Ahmed.
Beberapa jam berlalu, Ahmed tak kunjung muncul, kuhubungi ke handphone-nya, tidak aktif. Kupikir mungkin dia tersesat, dan tidak tahu jalan pulang. Akupun segera keluar untuk menyusulnya, namun di depan pintu kulihat sebuah bungkusan dan isinya adalah dua buah kebab turki yang masih hangat. Akupun heran, aku tidak mengerti ada apa sebenarnya dengan Ahmed. Kemanakah dia sebenarnya? Apakah dia memang sudah sampai dirumah membawa kebab itu, tapi pas sampai didepan rumah dia kemudian teringat kalau dia lupa untuk mengambil kembaliannya atau apakah yang sebenarnya terjadi?
Beberapa hari berselang, Ahmed tak kunjung datang, aku sudah lelah menunggu dan mencarinya kemana-mana tapi tak kunjung muncul batang hidungnya. Sempat aku menyerah, tapi aku tetap yakin dia akan datang dan menemuiku segera. Beberapa hari kemudian akupun bermimpi melihat Ahmed dengan wajah yang penuh kebahagiaan dan berkata kepadaku untuk tidak mencarinya lagi, kemudian diapun menghilang. Aku kemudian terbangun dan memikirkan mimpiku barusan. Apakah sebenarnya Ahmed telah pergi untuk selama-lamanya? Apakah mayat mirip ahmed yang kulihat di televisi tempo hari adalah memang benar adalah Ahmed? Lantas siapakah orang yang tinggal bersamaku selama ini yang kupanggil Ahmed? Wallahu alam tapi pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Aku tidak tahu Ahmed kemana tapi aku akan tetap menunggu sampai dia kembali seperti aku menunggu kebahagiaan dan kebebasan yang akan diterima rakyat Palestina kelak.
Perkenalanku dengan internet mengantarku untuk bisa menjelajahi dunia tanpa sempat untuk merabanya. Aku bisa berkenalan dengan orang-orang di segala penjuru dunia tanpa sempat bertatap muka dengan mereka. Tak terkecuali dengan perkenalanku dengan dengan Ahmed, seorang pemuda 18 tahun dari daerah konflik Palestina. Ketika aku sedang mencari tugas kuliahku, sembari membuka facebook, karena kurang lengkap rasanya online tanpa membuka facebook. Muncullah permintaan pertemanan dengan nama Ahmed Salem, langsung saja ku confirm. Kurang lebih lima menit kemudian ada obrolan masuk dan ternyata Ahmad Salem menyapaku.
“Hai, who there??” sapanya.
“Hai, I’m Fandi. You??” balasku
“I’m Ahmed Salem, you can call me Ahmed”
“Nice to meet you Ahmed, where do you come from??”
Ahmed kemudian menjelaskan bahwa dia berasal dari Palestina, negara yang sekarang berada dalam konflik yang tak kunjung usai, dia juga bercerita tentang bagaimana mencekamnya daerah konflik disana, yang memaksanya untuk meninggalkan negara yang sangat dicintainya itu mengungsi ke Yordania negara yang bertetangga dengan Palestina. Kemudian dia bercerita bagaimana tentara Israel menyerbu daerah tempat tinggalnya yang membuat kedua orang tuanya dan 3 orang saudaranya meninggalkannya untuk selamanya.
Perkenalanku dengan Ahmed membuatku lebih tahu mengenai tentang konflik disana dan sejarah mengapa Zionis Israel sampai tega untuk membantai penduduk Palestina tanpa ampun. Dan bagaimana perjuangan rakyat palestina memperjuangkan hak mereka. Aku sungguh terharu mendengar cerita Ahmed, bagaimana pemuda-pemuda Palestina dengan semangat membara melawan tentara Israel dengan hanya menggunakan batu sebagai senjata dan ajaibnya, lemparan tersebut sangat ampuh untuk melumpuhkan tentara Israel.
Kami mempunya beberapa kesamaan yang membuat kami semakin akrab, seperti menyukai makanan yang sama yakni kebab turki, kebetulan juga kami mempunyai tanggal lahir yang sama 1 September, dan masih banyak kesamaan lainnya sehingga membuat kami semakin akrab. Aku juga menceritakan bagaiman perjuanganku untuk membiayai kuliahku sendiri tanpa melibatkan orang tuaku yang seorang pekerja serabutan, dengan menjadi cleaning service disalah satu kantor yang tidak jauh dari kampusku.
***
“I wanna go to Indonesia” katanya suatu hari.
“Realy??” Ucapku dengan rasa yang tak dapat kuungkapkan.
“Yes, maybe next month” Balasnya.
Betapa senangnya hatiku, kami dua sahabat yang terpisahakan oleh luasnya daratan dan samudera akan segera bertemu. Ahmed ingin melanjutkan pendidikannya di Indonesia. Katanya dia ingin belajar dengan tenang tanpa adanya gangguan, seperti suasana yang mencekam, suara tembakan yang tak pernah berhenti, tangisan orang-orang tertindas, dan sebagainya. Dia ingin belajar dengan tenang agar kelak bisa berhasil dan dapat mengabdi kepada bangsa dan negaranya. Dia juga bercerita bahwa dia ingin mengambil jurusan Ilmu Kedokteran agar dia bisa menyelamatkan nyawa para korban kebengisan zionis Israel. Dia tidak ingin kejadian yang menimpa keluarganya terulang kembali. Paman Ahmed yang merupakan satu-satunya keluarga yang dimiliki Ahmed saat itu terkena serpihan bom yang dilontarkan pasukan Israel. Ahmed kemudian membawa pamannya ke rumah sakit, namun sesampainya disana tidak ada seorangpun tenaga medis yang bisa menolongnya karena kurangnya tenaga medis yang tidak mampu menangani ratusan pasien sekaligus. Akhirnya nyawa paman Ahmed tidak dapat ditolong. Semenjak itulah Ahmed bertekad untuk menjadi seorang dokter sehingga kejadian pamannya yang meninggal karena kekurangan tenaga medis tidak terulang lagi.
Seminggu sebelum keberangkatannya, Ahmed memberitahuku bahwa dia ingin kembali ke Palestina. Dia ingin berziarah ke makam orang tuanya sebelum berangkat ke Indonesia. Tapi aku tidak setuju dengan keputusannya itu, karena tentara israel mulai menyerang lagi dan tidak sabar untuk menebar atom-atom nafsunya, merebut tanah palestina. Tapi Ahmed tetap ngotot ingin kembali ke kampung halamannya. Dia ingin memberikan salam perpisahan kepada orang-orang yang dikasihinya dan ingin melihat suasana kampung halamannya sebelum ia berangkat ke negeri orang. Diapun berjanji akan segera berangkat ke Indonesia bila urusannya di Palestina telah selesai. Akupun tidak kuasa melarang sahabatku itu untuk berangkat ke tanah kelahirannya itu, aku tidak peduli, yang kupikirkan sekarang adalah beberapa hari lagi aku akan bertemu dengannya. Toh dia juga sudah berjanji kepadaku. Dan sebentar lagi kami akan tinggal bersama, belajar bersama, bercanda bersama dan banyak lagi agenda-agenda yang akan aku persiapkan selama dia mengemban pendidikannya di Indonesa.
***
Seminggu kemudian Ahmed tiba di Indonesia, aku sangat bersyukur dia bisa selamat dari serangan pasukan Israel. Aku lihat dia tampak bahagia, tak terlihat wajahnya yang menderita bekas kejahatan perang yang dilakukan oleh bangsa Israel. Aku sangat bahagia karena bisa bertemu dengan sahabatku dari palestina ini. Tak dapat kugambarkan bagaimana rasa senang dan gembiranya aku, karena punya saudara seperti Ahmed. Ahmed yang ternyata orangnya periang, pekerja keras tak pernah sekalipun menyakitiku. Sungguh beruntung aku bisa mendapatkan sahabat seperti Ahmed yang bisa diajak ngobrol brsama, bercanda bersama, bahkan tidurpun bersama. Sehingga orang disekitar kami menyangka kami adalah dua orang bersaudara kandung, mereka tidak menyangka kalau kami sebenarnya adalah dua orang sahabat yang dipisahakan oleh luasnya daratan dan samudera yang di pertemukan lewat dunia maya.
Suatu sore ketika kami menonton berita mengenai penyerangan Israel ke Palestina, Ahmed kemudian berbicara kepadaku.
“Fandi Insya Allah, Palestine tomorrow will be free, I’m sure that we just wait a time. Kita tidak akan mendengar lagi suara tembakan dan letusan bom yang dilemparkan tentara Israel, masih ada harapan bagi kami untuk bisa menghirup udara kebebasan suatu saat nanti, kami hanya perlu bersabar untuk menanti waktu itu.” Seraya menatap ke arahku dengan tatapan penuh keyakinan.
“Of course dude, Kami saudaramu di Indonesia dan seluruh warga muslim di dunia akan selalu mendukung kebebasan bagi bangsa kalian, dan doa tidak pernah berhenti keluar dari bibir kami. Insya Allah kebebasan kalian sudah didepan mata. Jangan menyerah kawan.” Kataku dengan nada haru.
“Thanks brother, aku sungguh beruntung bisa mempunyai sahabat sepertimu. Tidak sia-sia aku datang ke Indonesia membawa sebuah harapan untuk bisa menggapai cita-citaku disini, karena bisa mendapatkan dukungan dan doa dari kamu fandi.”
“Sudahlah kawan jangan melebih-lebihkan, aku cukup senang bisa berada di sampingmu untuk tetap mendukung, dan mendoakan untuk keberhasilanmu. Namanya juga Sahabat.”
Ahmed kemudian tersenyum dan mengangguk mendengar kata-kataku akupun ikut tersenyum, sekilas kulihat wajahnya sangat bahagia, tak pernah kulihat wajahnya sebahagia itu. Aku berharap kebahagiannya itu tidak pernah hilang dari wajahnya. Akupun berjanji akan selalu membuatnya tersenyum dan bahagia, aku tidak akan pernah mengecewakan sahabatku ini, Insya Allah.
Lama kami terdiam menatap layar televisi, Ahmed kemudian berkata,
“Fandi, kamu sudah makan??”
“hehe, belum” jawabku nyengir.
“Kalau begitu, bagaimana kalau aku traktir kamu makan Kebab Turki”
“Boleh, ayo kita pergi”
“Jangan, biar aku sendiri saja, kamu tunggu dirumah saja.”
“Apa kamu yakin??” Kataku dengan heran karena tidak biasanya ia mau pergi sendiri, dia juga belum tahu tentang daerah disini karena belum cukup seminggu dia datang dari Palestina.
“Of course, kamu tunggu disini saja, biar aku yang keluar untuk membelinya, aku sudah tahu jalan walaupun belum cukup seminggu aku datang dari Palestina” Katanya dengan penuh keyakinan.
Akhirnya diapun segera berangkat, aku mengantarnya sampai kepintu, kutatap dia sampai menghilang dari penglihatanku, entah mengapa aku merasa rindu kepadanya, padahal baru beberapa menit yang lalu dia pergi. Akupun melanjutkan tontonanku, kulihat bagaimana mobil-mobil perang pasukan Israel tidak henti-hentinya menembakkan pelurunya kearah perkampungan warga Palestina. Begitu pula dengan peawat tempurnya yang melemparkan bom ke perkampungan warga. Sungguh geram aku melihatnya, mereka benar-benar tidak punya hati, tega-teganya mereka membunuh orang yang tidak berdosa. Sungguh nafsu dan keserakahan telah membutakan hati mereka. Terlihat mayat-mayat dari orang-orang yang tidak berdosa bergelimpangan di jalanan. Sekilas salah satu diantaranya sangat aku kenal, mayat pemuda itu mirip Ahmed sahabatku. Tapi mana mungkin itu Ahmed, toh dia ada disini bersamaku, dia baru saja keluar untuk membeli makan. Jadi mana mungkin mayat yang aku lihat itu adalah Ahmed.
Beberapa jam berlalu, Ahmed tak kunjung muncul, kuhubungi ke handphone-nya, tidak aktif. Kupikir mungkin dia tersesat, dan tidak tahu jalan pulang. Akupun segera keluar untuk menyusulnya, namun di depan pintu kulihat sebuah bungkusan dan isinya adalah dua buah kebab turki yang masih hangat. Akupun heran, aku tidak mengerti ada apa sebenarnya dengan Ahmed. Kemanakah dia sebenarnya? Apakah dia memang sudah sampai dirumah membawa kebab itu, tapi pas sampai didepan rumah dia kemudian teringat kalau dia lupa untuk mengambil kembaliannya atau apakah yang sebenarnya terjadi?
Beberapa hari berselang, Ahmed tak kunjung datang, aku sudah lelah menunggu dan mencarinya kemana-mana tapi tak kunjung muncul batang hidungnya. Sempat aku menyerah, tapi aku tetap yakin dia akan datang dan menemuiku segera. Beberapa hari kemudian akupun bermimpi melihat Ahmed dengan wajah yang penuh kebahagiaan dan berkata kepadaku untuk tidak mencarinya lagi, kemudian diapun menghilang. Aku kemudian terbangun dan memikirkan mimpiku barusan. Apakah sebenarnya Ahmed telah pergi untuk selama-lamanya? Apakah mayat mirip ahmed yang kulihat di televisi tempo hari adalah memang benar adalah Ahmed? Lantas siapakah orang yang tinggal bersamaku selama ini yang kupanggil Ahmed? Wallahu alam tapi pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Aku tidak tahu Ahmed kemana tapi aku akan tetap menunggu sampai dia kembali seperti aku menunggu kebahagiaan dan kebebasan yang akan diterima rakyat Palestina kelak.
Jumat, 18 Maret 2011
Tahun Keberuntungan
Tahun ini kayaknya menjadi tahun keberuntunganku,, tanya kenapa??
hehe..
Pertama, cerpen yang saya buat untuk antologi palestina bisa lolos masuk dan di bukukan dgn jdul KUPU-KUPU PALESTINA. Sebuah prestasi membanggakan bagiku. hehe
Kedua, bisa masuk dan kenaldengan orang2 d bidang jurnalis dan bisa ikut2an jadi reporter.. Akhirnya mimpiku sejak dlu untuk menjadi seorang jurnalis sedikt demi sedikit bisa terbuka.
yaah itulah sedikit keberuntunganku di tahun ini semoga bisa nertambah dengan keberuntungan2 lain,, yaah sekedar mengukir prestasilah sebelum ajal menjemput *cepet amat* hehe yaan kan gk taw kapan ajal datang.
walaupun juga banyak yang mencibir tuh hasil karyaku tapi anggap saja Guguk menggonggong Reza berlalu,, hehe, kayak tong tuh orang bisa kayak saya hahaha *Sombong dikit laaah*
yowess lah tunggu aksi saya selanjutnya naahh prestasi apalagi bisa sa buat, tpi bukan berniat sombong tapi maw bagi2 kebahagiaan. hahaha
hehe..
Pertama, cerpen yang saya buat untuk antologi palestina bisa lolos masuk dan di bukukan dgn jdul KUPU-KUPU PALESTINA. Sebuah prestasi membanggakan bagiku. hehe
Kedua, bisa masuk dan kenaldengan orang2 d bidang jurnalis dan bisa ikut2an jadi reporter.. Akhirnya mimpiku sejak dlu untuk menjadi seorang jurnalis sedikt demi sedikit bisa terbuka.
yaah itulah sedikit keberuntunganku di tahun ini semoga bisa nertambah dengan keberuntungan2 lain,, yaah sekedar mengukir prestasilah sebelum ajal menjemput *cepet amat* hehe yaan kan gk taw kapan ajal datang.
walaupun juga banyak yang mencibir tuh hasil karyaku tapi anggap saja Guguk menggonggong Reza berlalu,, hehe, kayak tong tuh orang bisa kayak saya hahaha *Sombong dikit laaah*
yowess lah tunggu aksi saya selanjutnya naahh prestasi apalagi bisa sa buat, tpi bukan berniat sombong tapi maw bagi2 kebahagiaan. hahaha
Langganan:
Postingan (Atom)